Dicari: LGBT Yang Mampu Dan Mau Memahami Al-Quran Dengan Benar! (1)
Setan dari kalangan jin dan manusia
Sobat! Meniti As-Shiraath Al-Mustaqiim memang tidak kosong dari ujian dan cobaan, halangan dan rintangan. Ketahuilah, setan -baik dari kalangan jin dan manusia- tidaklah tinggal diam. Mereka terus berusaha memalingkan hamba-hamba Allah yang beriman dari jalan-Nya yang lurus. Berbagai jurus penyesatan mereka gunakan, mereka menampakan kebenaran sebagai kebatilan dan sebaliknya, pun mereka menghiasi kekufuran dan kemaksiatan agar nampak indah di pandangan kaum muslimin.
Para Nabi ‘alaihimush shalatu was salamu pun memiliki musuh, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Dan demikianlah, Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)” (QS. Al-An’aam: 112).
Iblis, pentolan para setan itu, sesungguhnya telah bertekad untuk menyesatkan manusia, Allah Ta’ala berfirman mengisahkan hal tersebut,
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
(16) Iblis menjawab “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
(17) kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat) (QS. Al-A’raaf: 16-17).
Ketahulah, bahwa musuh-musuh dakwah yang haq dan penebar syubhat batil itu merasa bangga dengan ilmu yang mereka miliki. Allah Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
(83) Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa ketarangan-keterangan yang jelas, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu (QS. Ghaafir: 83)
Mereka sangka bahwa diri mereka memiliki ilmu yang patut dibanggakan dan mereka anggap alasan mereka itu ilmiah. Namun, sesungguhnya Allah telah menjelaskan bahwa setiap syubhat (kebatilan yang samar) dan alasan yang mereka gunakan untuk membantah kebenaran, semua itu tertolak dan sia-sia. Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ يُحَاجُّونَ فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا اسْتُجِيبَ لَهُ حُجَّتُهُمْ دَاحِضَةٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌµ
“Dan orang-orang yang membantah (agama) Allah sesudah agama itu diterima maka alasan mereka itu sia-sia saja, di sisi Tuhan mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan bagi mereka azab yang sangat keras” (QS. Asy-Syuuraa: 16).
Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa setiap orang yang membantah agama Allah dengan batil, dengan menebarkan syubhat kepada kaum muslimin, memang ia dikatakan memiliki hujah (alasan) bagi syubhat yang ditebarkan tersebut, namun hujahnya itu batil dan tertolak.
Kendatipun, alasan mereka itu jelas-jelas batil, tertolak dan sia-sia, namun kenyataannya, banyak orang yang masih tertipu dengan syubhat mereka. Tidak setiap orang memilih petunjuk Allah dan surga-Nya, bahkan banyak orang yang memilih kesesatan dan neraka-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا ۖ فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَµ
(8) Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat (QS. Faathir: 8).
Namun jangan bersedih hati, wahai sobat. Ketahuilah, bahwa tidak ada satupun syubhat dan alasan batil yang mereka sebarkan, melainkan di dalam Al-Qur`an Al-Karim pastilah ada jawabannya. Hal ini sebagaimana firman Allah berikut ini:
وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
Tidaklah orang-orang musyrik itu datang kepadamu (membawa) hujjah (alasan), melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya (QS. Al-Furqaan: 33).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat tersebut,
{ ولا يأتونك بمثل } أي : بحجة وشبهة { إلا جئناك بالحق وأحسن تفسيرا } أي : ولا يقولون قولا يعارضون به الحق ، إلا أجبناهم بما هو الحق في نفس الأمر ، وأبين وأوضح وأفصح من مقالتهم .
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) hujjah (alasan)” , maksudnya adalah hujjah dan syubhat “melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya”, maksudnya adalah tidaklah mereka mengatakan suatu ucapan yang dengan ucapan itu mereka menentang kebenaran, melainkan Kami membantah mereka dengan kebenaran dalam masalah itu dan dengan sesuatu yang lebih jelas, lebih terang serta lebih fasih dari ucapan mereka tersebut! (Tafsir Ibnu Katsir).
Syubhat kaum pendukung LGBT
Akhir-akhir ini, tersebar keyakinan batil dan pikiran sesat yang dibungkus retorika ilmiyah sehingga dikhawatirkan membingungkan kebanyakan kaum muslimin yang awam, karena samarnya hal itu bagi mereka. Inilah yang dikenal dengan istilah syubhat.
Isi syubhat yang dilancarkan pendukung LGBT tersebut adalah pernyataan bahwa tidak ada satupun ayat Al-Qur`an yang mengharamkan LGBT. Alasannya, karena ayat-ayat yang selama ini digunakan sebagai rujukan pengharaman LGBT adalah ayat-ayat Al-Qur`an yang bercerita tentang azab Allah terhadap umat Nabi Luth ‘alaihis salam yang melakukan sodomi.
Jadi, pendukung LGBT tersebut menyangka bahwa bukan perilaku seks sesama jenis (selain sodomi) yang dilarang, namun yang dilarang adalah praktek sodominya saja. Ringkas kata, konsekuensi pemahaman mereka adalah jika hanya sekedar praktek seks sesama jenis (gay maupun lesbi[1. Gay adalah istilah untuk aktifitas seksual yang dilakukan antara laki-laki dengan laki-laki. Sedangkan lesbi adalah istilah untuk aktifitas seksual yang dilakukan antara perempuan dengan perempuan. (Fatwa MUI no. 57 thn. 2014 tentang lesbian, gay, sodomi dan pencabulan)]) dalam bentuk -maaf- misalnya : sekedar bernafsu seks terhadap sesama jenis, berciuman, saling oral seks, saling meraba atau semisal itu, asalkan tanpa sodomi, maka itu boleh dan sah-sah saja, karena tidak ada satupun ayat Al-Qur`an yang mengharamkannya. Itulah syubhat mereka yang batil.
“Pertanyaan” yang layak dipertanyakan!
Jika di antara mereka melontarkan pertanyaan, mana ayat Al-Qur`an yang mengharamkan perilaku seks sesama jenis non sodomi (LGBT)[2. Istilah LGBT didefinisikan sebatas perilaku seks sesama jenis non sodomi, hal ini sesungguhnya hanya menurut sangkaan sebagian mereka saja! Mereka hendak mengeluarkan sodomi dari istilah LGBT! Padahal, bukankah kenyataannya sodomi itu sendiri sulit dipisahkan dari dunia hitam LGBT?!]”, maka, jika maksud pertanyaan tersebut adalah
sangkaan apabila tidak ada satupun ayat Al-Qur`an yang mengharamkan LGBT, maka menurut sangkaan mereka LGBT itu halal. Pertanyaan tersebut tidak benar. Mengapa? Karena, sumber hukum Fikih dalam Islam untuk menyatakan sesuatu itu halal atau haram, bukan hanya Al-Qur`an. Bukankah Wahyu Allah itu Al-Qur`anul Karim dan As-Sunnah (Hadits)?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَ لاَ إِ نٌي أٌوتيتُ الْكِتَا بَ وَ مِثْلَهُ مَعَهُ
“Ingatlah, sesungguhnya aku diberi Al-kitab (Al-Qur`an) dan (diberi) yang semisal (yaitu As-Sunnah) bersamanya” (H.R. Abu Daud dan selainnya. Dishahihkan oleh Syekh Al-Albani).
Hal ini pun sesungguhnya telah dikenal di kalangan para ulama dalam pembahasan ilmu Ushul Fikih, bahwa sumber hukum Syari’at Islam ada empat, Al-Qur`an, As-Sunnah, Al-Ijma’ dan Al-Qiyas.
Jadi, jika terdapat satu hadits shahih saja yang menunjukkan haramnya LGBT, sebenarnya itu sudah cukup menjadi dasar penetapan hukum dalam Islam, seandainya pun tidak terdapat dalil yang langsung menunjukkan keharamannya di dalam Al-Qur`an -dalil tersebut sebenarnya ada.
Adapun tentang haramnnya perilaku seks sesama pria dengan sodomi (liwath besar), maka dalam artikel ini tidak diulas, karena sudah penyusun tulis di : https://muslim.or.id/27432-kaum-gay-inilah-wahyu-Allah-Taala-tentang-anda.html, dan pendukung penebar syubhat tersebutpun -alhamdulillah- telah mengakui haramnya perbuatan sodomi tersebut!
Perlu bukti ilmiah bahwa kaum Nabi Luth ‘alaihis salam tidak pernah melakukan pemanasan dalam berhubungan sesama jenis[3. Yaitu: perilaku seks sesama pria (gay) yang non sodomi, yang biasanya dilakukan sebagai pendahuluan untuk melakukan sodomi]
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa mereka menyatakan tidak ada satupun ayat Al-Qur`an yang mengharamkan LGBT, karena ayat-ayat yang selama ini digunakan sebagai rujukan pengharaman LGBT adalah ayat-ayat Al-Qur`an yang bercerita tentang azab Allah terhadap umat Nabi Luth ‘alaihis salam yang melakukan sodomi (langsung masuk tanpa pemanasan).
Tanggapan:
Memang benar kaum Nabi Luth ‘alaihis salam yang dikisahkan itu melakukan praktek sodomi. Namun, untuk bisa memastikan bahwa mereka tidak pernah melakukan perilaku seks sesama jenis selain sodomi, walau hanya satu kalipun, maka klaim seperti ini perlu bukti ilmiah.
Karena memang suatu hal yang sulit ditemui di dunia nyata, bahwa sebuah kaum yang sedemikian maniaknya melakukan sodomi, tidak pernah mendahului, mengiringi ataupun menyudahi perilaku seks antar mereka dengan selain sodomi.
Sekali lagi, perlu bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa semua kaum Nabi Luth ‘alaihis salam hanya melakukan sodomi saja, sehingga mereka dimurkai oleh Allah hanya karena sodomi semata, tanpa diiringi melakukan perilaku seks selain sodomi (berciuman, meraba, bernafsu dengan sesama jenis, dan lain sebagainya) sama sekali. Seandainya terbukti secara ilmiah bahwa mereka hanya melakukan sodomi saja, masih tersisa pertanyaan bukankah anda mengakui keharaman sodomi, wahai kaum pendukung LGBT?
Lalu bukankah jika Allah mengharamkan suatu kemaksiatan, Allah juga mengharamkan sebab-sebab yang dapat menjerumuskan kepadanya? Ingatlah, bahwa Allah Ta’ala mengharamkan sodomi, dengan demikian Allah pun mengharamkan seluruh sebab yang dapat menjerumuskan seseorang kedalam sodomi tersebut.
Dan masalah keharaman suatu sarana yang menjerumuskan kepada perkara yang haram ini, telah ma’ruf di kalangan para ulama, ketika mereka rahimahumullah membahas suatu kaedah Fiqhiyyah yang mulia,
الوسائل لها أحكام المقاصد
“Sarana itu memiliki hukum sebagaimana hukum tujuan”.
(bersambung)
***
Penulis: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah
Artikel Muslim.or.id
[serialposts]🔍 Sabda Rasulullah Tentang Sahabat, Karomah Wali Allah, Al Quran Dan Sunnah, Asal Batu Hajar Aswad, Riba Haram
Artikel asli: https://muslim.or.id/27545-dicari-lgbt-yang-mampu-dan-mau-memahami-al-quran-dengan-benar-1.html